Pemalang | matapenanews.id – Pembangunan suatu tempat wisata diperlukan guna pemenuhan akan kebutuhan hiburan warga, dimana disamping prinsip kesehatan, adanya destinasi wisata membuat beberapa nilai positif bagi warga.
Keuntungan dari pemasukan para pengunjung, menghidupkan para pelaku usaha, makanan, transportasi, serta tak luput, membuka lahan pekerjaan bagi warga setempat.
Akan tetapi sebuah konsep pembangunan tempat pariwisata, ketika tanpa menghitung dampak ekosistem alam disekitarnya, adalah suatu langkah tidak bijaksana.
Seperti pembangunan Benowo Park Desa Penggarit, Kecamatan Taman, Pemalang Jawa Tengah, tempat wisata yang sudah di buka sejak tiga tahun lalu, sejak adanya pembangunan tempat wisata tersebut, menurut Suherman warga asli Penggarit, keadaan alamnya jadi rusak, oksigen jadi berkurang, karena banyaknya pohon- pohon besar yang di tebang, tanpa menyiapkan pohon pengganti.
Masih menurut suherman, Benowo park dulu nya adalah hutan belantara yang memiki kekayaan alam seperti belantara rimba kalimantan,dimana kicauan aneka burung bersahutan , melantukan ritme simphony alam,dengan adanya pembangunan destinasi tersebut.
Suherman berharap monyet – monyet yang berhamburan keluar dari hutan, karena kelaparan, merebut makanan, dari para pedagang kuliner dan pengunjung, jangan dijadikan sebuah hiburan, akan tetapi sebuah keprihatinan betapa para monyet itu, keluar dari sarangnya karena tidak ada stok makanan dihutan, lagi – lagi akibat konservasi alam tanpa perhitungan, serta pengadaan destimasi tidak berprinsip ‘HAMEMAYU HAYUNING BAWANA’ ( melestarikan Bumi dan isi nya ). (Ragil74)
